Gemerlap Batu Akik Sampai Di Pekalongan
foto penjual batu akik di Pasar Senin-Kamis Wiradesa |
Cincin
merupakan perhiasan yang sudah dikenal dan dikenakan banyak orang sejak ribuan
tahun lalu baik bagi wanita maupun pria. Cincin diletakkan pada jari tangan dan
dan melingkar pada bagian jari manis atau jari tengah. Belakangan ini batu
cincin akik/permata telah menjadi buruan banyak orang
Secara
tradisi biasanya cincin terbuat dari logam mulia, perak atau campuran dari
bahan-bahan lain seperti tembaga, perunggu, kuningan krom dan lain-lain. Untuk
memperindah tampilan sebuah cincin dilengkapi dengan ukiran dan dihias dengan
permata seperti intan, berlian atau batu akik.
Nusantara
memiliki beraneka jenis batu yang tersohor hingga mancanegara sejak masa
kesultanan dahulu. Beberapa ragam batu yang berasal dari Indonesia itu menjadi
buruan kolektor dan penggila perhiasan dengan harga bisa mencapai puluhan
bahkan ratusan juta rupiah.
Di
Indonesia, diperkirakan terdapat sekira 20 jenis batu mulia yang dapat
ditemukan mulai dari Aceh hingga Lampung. Di Aceh ada batu indocrase atau batu
yang berwarna hijau lumut. Ada pula batu Sungai Dareh dari daerah Dharmasraya,
Sumatera Barat. Di Pulau Jawa mulai dari Banten, Garut, Purbalingga, Gombong,
Kebumen, Wonogiri khususnya di daerah Kismantoro, Donorojo Pacitan hingga Trenggalek
Jawa Timur, juga banyak ditemukan berbagai jenis batu mulia.
Batu
akik tersebar di seluruh Nusantara baik di gunung, dalam tanah, sungai hingga
pinggiran pantai. Batu-batu akik memiliki warna dan motif yang indah. Pada
jenis tertentu, batu tersebut memiliki serat-serat kaca dan ada pula yang
tembus pandang.
Ada
beberapa batu khas Nusantara yang terus diburu oleh kolektor, diantaranya batu
bacan yang didapat dari Kepulauan Maluku Utara. Batu ini begitu istimewa karena
dipercaya mampu berubah warna seiring berjalan waktu. Selain itu, ada intan
atau berlian yang punya kekhasan tersendiri. Batu ini mampu mendispersikan
cahaya, tambangnya terletak di Martapura, Kalimantan Selatan. Sementara
Kabupaten Lebak, Banten, terkenal akan batu kalimaya yang memiliki aneka warna
seperti hitam, cokelat dan kuning.
Dari
Kota Pangkalanbun, Kalimantan Tengah, terdapat batu kecubung yang merupakan
jenis batuan mineral kuarsa yang berwarna ungu sampai merah muda. Warna ungu
identik dengan para raja sehingga konon batu ini kerap digunakan oleh sultan
dan kerabatnya.
Tren
batu mulia belakangan ini tengah naik pamor di kalangan laki-laki dewasa dan
bahkan anak muda terutama di Pekalongan. Tak jarang banyak pedagang batu mulia
ini sengaja untuk mencari pasar di Pekalongan. Dengan bermodal batu akik yang
terbilang tidak terlalu mahal, namun dapat menjadi hiasan di jari para pecinta
batu akik. Pasar batu akik tersebar, hampir di semua titik keramaian yang ada
di Pekalongan, baik di pasar tradisional, pasar moder dan pasar tiban, ada pula
yang menggelar batu akik di sekitar pusat keramaian yang ada di Pekalongan.
Salman
(39) salah satu pedagang batu akik asal Kajen, Kabupaten Pekalongan. Ia
berdagang batu akik sejak lima tahun lalu. Ia tidak menetap, di mana ada
keramaian pasti ia kunjungi. Sebelum batu akik buming, ia hanya bisa menjual beberapa
batu saja sehari.
“Sebelumnya
sehari saya hanya bisa menjual 4 hingga 6 batu akik tiap hari. Tapi kini ia
bisa menjual batu akik lebih dari 10 batu perharinya.”
Bumingnya
batu akik juga membuat para pecinta batu akik semakin merebak, ada yang percaya
akan adanya unsur klenik dalam batu. Adapula yang hanya menganggap batu akik
sebagai hiasan semata. Tak ubahnya pak Rahmat (53) asal Tirto Kabupaten
Pekalongan. Kecintaannya terhadap batu akik di mulai sejak masih bujangan.
Rahmat
sengaja ke pasar untuk melihat-lihat batu akik “ Dari dulu saya suka dengan
batu akik, bukan hanya dari warna dan motifnya saja. Namun karena batu akik
juga memiliki kodam tersendiri bagi saya,. Semasa masih muda, saya sering
memakai batu kecubung dan batu pirus. Awalnya saya hanya ikut-ikutan, tetapi
lama-kelamaan jadi suka hingga sampai sekarang. Apa lagi sekarang lagi
buming-bumingnya masalah batu.
Selain
itu, menurutnya setelah memakai batu akik dapat meningkatkan kepercayaan
dirinya. Sehingga sampai sekarang saya masih suka memakainya. Bahkan ia mengaku
bahwa batu akik miliknya pernah ditawar oleh seorang temannya namun tidak ia
berikan. “Dulu batu kecubungsaya di tawar 300 ribu, tapi tidak saya kasih.
Padahal dulu tigaratus adalah uang yang banyak,” imbuhnya.
Lain
Rahman lain lagi si Soliin (39), pria yang keseharian menjadi seorang nelayan
ini mengakui suka batu akik karena motifnya yang unik. “Keunikan warna dan
tektur dalam batu tersebut yang menjadikan saya tertarik dan mulai memakai batu
akik. Masalah ada kodam atau tidaknya saya tidak begitu paham dengan hal itu,”
tuturnya.
Beberapa
pedagang batu yang ada di pasar pekalongan mendadak ramai di kunjungi para
pecinta batu. Harga batu yang di jual mulai dari 50an ribu hingga ratusan ribu
rupiah. Di sisilain maraknya penggunaan batu agar tidak menjadikan sugesti
tersendiri bagi pemakainya hingga menjadikannya syirik. Pasalnya syirik
merupakan dosa terbesar.
Komentar
Posting Komentar