Seteguk Harapan Melekat di Kopi Rimba Petungkriono (Kopi Owa)
foto di Rumah Kopi Sokokembang, Petung Kriono Kab. Pekalongan
Petungkriyono merupakan daerah
pegunungan yang terletak di bagian selatan wilayah kabupaten Pekalongan. Siapa
sangka, daerah yang terletak jauh dari perkotaan ini menyimpan banyak tempat
rekreasi yang begitu memanjakan mata. Bak memberi pijatan pada pikiran seakan
merefresh kembali pikiran kita sejak
mulai memasuki kecamatan ini. Mulai dari pemandangan alam hijau nan rindang dan
juga beberapa objek wisata yang ada di daerah tersebut. Dari Curug Muncar,
Curug Bajing, Gunung Kendalisodo, River Treking, Melihat Owa Jawa, Gua
Astronomo, Gua Macan, Puncak Triangulasi (Gunung Perbota), Kebun Strawberry,
Curug Sokokembang.
Namun ada yang sangat menarik
perhatian yaitu Owa Cofe/ Kopi Owa dari Sokokembang. Sekilas mendengar namanya
kita akan berpikir bahwa Kopi Owa adalah kopi yang berasal dari perimata Owa.
Sepertihalnya kopi Luak yang proses pembuatannya melalui perantara hewan Luak. Kopi
yang di kelolah oleh warga Sokokembang ini merupakan kopi asli yang tumbuh
alami di dalam hutan. Dusun Soko Kembang, Desa Kayupuring, Kecamatan
Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan kini di kenal sebagai penghasil kopi Owa.
Bermula dari beberapa peneliti owa
yang tergabung dalam KSPPY yang di pimpin oleh Arif Setiawan munculah beberapa
ide yang beragam. Diantaranya munculnya Kopi Owa ini.
Menurut Arif Setiawan dari KSPPY,
penelitian yang ia lakukan selama hampir 8 tahun ini berawal dari kegelisahan
mereka akan ancaman kepunahan owa jawa dan penebangan liar di hutan lindung
tersebut. Sejak 2007, lembaga yang dimpinnya mendapatkan donasi untuk
penelitian dari lembaga donor luar negeri, seperti Singapura dan Amerika
Serikat. Menurut dia, masyarakat menebang pohon dan menangkap satwa liar itu
karena dihadapkan pada masalah ekonomi.
”Apabila masyarakat di sekitar
hutan sejahtera, saya yakin penebangan liar dan penangkapan satwa liar akan
terkurangi. Untuk itu, kami sekarang ini sedang menggerakkan masyarakat agar
meningkatkan penghasilan dari hutan nonkayu,” ungkapnya.
Kopi pun menjadi pilihan. Sebab,
masyarakat di sekitar Petungkriyono sebenarnya telah melakukan konservasi sejak
lama. Namun, mereka tidak menyadari akan potensi yang ada.
Pemberian nama kopi Owa bukan
asal pemberian nama, akan tetapi ada maksud tertentu. Banyaknya habitat Owa
Jawa yang ada di hutan Petungkriono salah satu sebab pemberian nama kopi Owa
Sokokembang. Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan jenis kera kecil yang banyak
di temukan pada beberapa hutan tropis di Jawa. Namun karena Satwa ini termasuk
hewan yang dilindungi, karena saat ini persebarannya terbatas akibat
fragmentasi habitat, degradasi hutan, juga pemburu. Kini, Lembaga konservasi
dunia (UNC) menetapkan hewan ini dalam kategori hewan yang terancam punah.
Karena itu, dilakukan penanganan Rehabilitasi Hutan Lahan (RHL) dan penanaman
pohon dengan Kebun Bibit Rakyat (KBR) untuk menjaga habitatnya. Selain untuk
mengangkat kelestarian Owa, juga sebagai mengenalkan potensi kopi yang ada di sekitar hutan
Petungkriono.
Sebagian masyarakat Sokokembang bertani kopi dengan mengambil biji
kopi langsung dari hutan. Namun konsep yang di terapkan oleh masyarakat sekitar
adalah tidak merusak hutan. Menurut pak Tasuri, salah satu tokoh pengelolah
Sokokembang Adventure dan juga
pemilik Kedai Rumah Kopi mengaku, “Kopi owa ada sebagai bentuk pengenalan
potensi hutan yang ada di Sokokembang. Selain itu ini juga sebagai mata
pencaharian masyarakat,” tuturnya.
Sejak kedatangan Organisasi KSPPY
yang beranggotakan kalangan muda itu mulai meneliti owa jawa sejak 2007 hingga
kini. Menjadikan hutan Sokokembang bak peti yang berisikan emas. Mereka bukan
hanya meneliti tentang Owa Jawa, mereka juga mengajarkan masyarakat tentang
cara mengolah kopi hutan hingga menjadi Kopi Owa, imbuhnya.
Menikmati kopi khas SokoKembang
memang terasa sangat berbeda. Apalagi jika menikmatinya langsung di tempat kopi
itu berasal. Di sinilah tercipta dunia kopi yang berbeda. Bukan hanya sekadar
minum kopi dan berangan-angan tentang prosesnya, namun apa saja yang terlibat
dalam secangkir kopi untuk kelestarian hutan yang menjadi habitat Owa Jawa.
Selain itu, kopi Owa ini juga
terbagi menjadi kopi Robusta dan kopi Arabika. Yang menjadi lebih menarik,
adalah gula yang di pakai untuk campuran kopi bukan lah gula pada umumnya yaitu
menggunakan gula pasir. Melainkan menggunakan gula semut (gula aren yang di
buat menjadi butiran-butiran kecil) menjadikan rasa kopi Owa ini lebih nikmat
dan memiliki aroma khas.
Disisilain kesempatan berkeliling
sekitar Petungkriono menjadi nuansa kebahagian tersendiri bagi para pecinta
alam. Di beberapa pepohonan di pinggiran hutan juga terlihat perimata Owa,
lutung ataupun yang lainnya.
Komentar
Posting Komentar