RA. KARTINI, PENGUSAHA MEBEL UKIR JEPARA SUKSES



(Inspirasi dalam Menyongsong Perdagangan Bebas MEA)
Oleh Haryoto Bramantyo *
Telah dikenal luas, bahwa urat nadi kehidupan masyarakat pekalongan adalah usaha batik. Hampir sebagian besar warga Pekalongan bersentuhan dengan usaha batik. Menariknya, keberhasilan bisnis batik di Pekalongan sebagian ditopang oleh  sumbangsih kaum perempuan. Beberapa usaha Batik di Pekalongan terbukti sukses dibawah kendali perempuan sebut saja Faris Craf, Batik Qonita, dan Ozzy Batik. Geliat pengusaha wanita di Pekalongan juga terbaca dari berbagai aktivitas yang dijalankan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Pekalongan melalui berbagai event, salah satunya seminar hijab yang akan dilangsungkan menjelang bulan puasa mendatang. Kehebatan pengusaha wanita menjalankan roda bisnis tentunya selaras dengan sepirit R.A Kartini. Sebab jauh-jauh hari di awal abab 20, sebagai tokoh perempuan, R.A. Kartini selain membuka sekolah putri ternyata juga berbisnis mebel di Jepara.
Pemicu yang menggerakkan R.A. Kartini menjalankan bisnis mebel yakni terpuruknya para perajin mebel di Jepara pada masa itu. Padahal para perajin itu memiliki keterampilan mebel yang memadai. Mengatasi masalah itu, sebagai putri bangsawan yang memiliki relasi luas, Kartini menjadikan pendopo kadipaten sebagai ajang pameran mebel karya warga. Pameran itu terbukti menarik para pembeli baik dari dari bangsawan lokal maupun pembeli dari Eropa. Selain itu Kartini juga memasarkan mebel melalui korespondensi dengan bangsa Eropa. Banyaknya pesanan mebel itulah yang mampu menggerakan para perajin (yang semuanya laki-laki) berproduksi lebih giat karena mendapatkan harga yang baik sehingga kesejahteraannya meningkat.
Kiprah bisnis Kartini tadi didasari niat agar kehidupan bangsa Indonesia (laki-laki dan perempuan) dipenuhi dengan kebahagiaan lahir dan batin. Itulah daya ungkit yang mendorong Kartini bergerak dan bekerja melampui tradisi  putri bangsawan lainnya. Untuk mencapai tujuan itu, selain menyelenggarakan pendidikan bagi kaum wanita, RA Kartini juga berperan sebagai pengusaha mebel untuk meningkatkan penghasilan para perajin ukir. 
Berbagai cacatan menunjukkan, kiprah Kartini sebagai pengusaha mebel sangat diperhitungkan pada zamannya. Wawasannya yang luas tentang desain Eropa dan desain Majapahit  menjadikan dia mampu menyajikan  desain mebel  yang laku di pasar Eropa.  Dalam tesis yang ditulis Eko Haryanto (2004), disebutkan bahwa Kartini  termasuk  salah satu pelopor desain kursi kayu tunggal di Indonesia.  Jejak  ide kreatifnya nampak pada kursi motif Majapahit yang telah dimodifikasi dengan sentuhan motif Eropa.
Ketika bisnis mebel tumbuh pesat di pasar Eropa dan bersamaan itu terbukanya pasar domestik, Kartini melihat adanya  potensi industri  mebel yang tumbuh di Jepara pada waktu itu. Kemudian R.A Kartini berinisiatif memberdayakan para perajin ukir Jepara  dalam usaha mebel yang dirintisnya. Meski berbisnis, namun keterlibatan Kartini dalam usaha mebel, lebih bertujuan untuk meningkatkan martabat dan kesejahteraan para perajin ukir kayu.
  Pada akhir abad ke 19, Kartini menghimpun sekitar 50 orang tenaga  ahli mebel ukir di komplek Kabupaten Jepara. Di bawah arahan Kartini, para perajin itu mengerjakan berbagai pesanan yang datang dari berbagai kalangan di antaranya para bangsawan, orang-orang kaya, dan para pejabat di Jawa. Di samping itu  melalui perhimpunan para perajin ukir tersebut, Kartini mempromosikan mebel produksi Jepara kepada bangsa Belanda melalui relasi bangsawan dan teman-teman sekolahnya. Beberapa kali Kartini menghadirkan orang-orang Eropa  ke workshop penghimpunan para perajin ukir. Tujuannya agar orang-orang Eropa mengetahui bahwa keindahan mebel ukir Jepara melalui pembuatan yang rumit dan dikerjakan oleh perajin yang terampil. Dengan langkah itu Kartini berhasil menaikkan harga mebel ukir Jepara dengan harga yang lebih baik. Dari sini pula mebel ukir Jepara mulai memasuki pasar Eropa. Sebagai keturunan bangsawan yang dibesarkan di pesisir pantura, Kartini dapat menjalankan bisnis dengan gemilang. Ada dua faktor pendukung atas keberhasilan bisnis mebel yang dilakoni Kartini. Pertama sebagai keluarga bangsawan dia memiliki jalinan pertemanannya dengan orang-orang Belanda dan para bangsawan di berbagai daerah. Kedua sebagai putri bupati  yang besar di pesisir pantura akrab dengan dunia perdagangan, mengingat nadi perekonomian daerah pesisir sejak dulu digerakan oleh aktivitas perdagangan karena memiliki sarana transportasi air  yang memadai yakni laut dan sungai-sungai besar.  Apalagi keluarga bupati di pesisir pada masa itu memiliki pengaruh besar atas akses perdagangan antar bangsa sehingga memudahkan Kartini menjalankan usaha mebel ukir Jepara.
Dalam membina perajin ukir, Kartini memberikan kebebasan kreasi sesuai keinginan perajin. Dorongan kebebasan kreativitas itu sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas mebel. Meski mendorong kebebasan kreativitas, Kartini turut memberi rujukan motif yang menginspirasi para perajin. Rujukan yang dipaparkan kepada para perajin berupa motif dan pola yang berkembang di Eropa. Informasi ini disandarkan pada Gustami (2000). Lengkapnya Gustami menyatakan bahwa ada suatu unsur merusak yang masuk ke dalam seni kerajinan ukir kayu Jepara. Anak-anak perempuan pegawai tinggi bumiputera yakni Kartini, Kardinah, dan Roekmini (tiga saudara) secara terus menerus mendorong tukang ukir bekerja menurut contoh motif dan pola yang berkembang di Eropa. Industri mebel ukir  milik Kartini tumbuh pesat. Banyak pesanan datang dari Eropa. Kursi Majapahitan  merupakan  salah satu varian kursi yang laku di pasar Eropa berkat promosi R.A. Kartini.  Untuk itu  boleh dibilang  kursi gaya Majapahitan  dipopulerkan oleh R.A. Kartini.
Keberhasilan R.A Kartini mempromosikan mebel ukir Jepara dapat dilihat dari banyaknya pesanan mebel ukir dari Eropa Barat. Para pemesan tersebut tidak hanya masyarakat  biasa tetapi  juga dari kelompok orang kaya di Eropa. Pada abad ke-20 mebel ukir Jepara berhasil memasuki rumah-rumah hunian kalangan atas masyarakat Eropa Barat. Produk  mebel yang dihasilkan pada waktu itu antara lain kursi dan bangku teras berukuran panjang yang dikombinasikan dengan rotan. Varian itu bentuknya menyerupai kursi buatan bengkel seni mebel Moris & Co yang dibuat pada Tahun 1893 yang dimodifikasi. Hal itu dapat dilihat pada  alas duduk dan sandaran kursi. Penggarapan serupa juga  dilakukan dalam pembuatan kursi dan meja tamu. “Hampir-keserupaan” itu menunjukkan bahwa Kartini mampu menggali kebutuhan masyarakat dan memahami cita rasa tren mebel yang berkembang di Eropa. Hal itu lazim dilakukan oleh para pengusaha agar produknya terserap pasar. Fakta ini memperlihatkan bahwa Kartini memiliki intuisi bisnis yang kuat. Sikap, tindakan, dan mentalitasnya kental sebagai jiwa pebisnis. Tak berlebihan kiranya jika selain sebagai pahlawan emansipasi wanita, RA.Kartini hendaknya dinobatkan sebagai pelopor sekaligus tokoh bisnis mebel Nasional.
Mencermati kiprah bisnis Kartini yang seiring-berjalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat (tukang ukir),  tentunya sebuah teladan yang patut menjadi spirit para pengusaha. Artinya bisnis dijalankan didasarkan atas  dorongan mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan semua pihak, pengusaha, pekerja, rekanan, dan lingkungan. Pun ada satu pesan penting dari bisnis Kartini yang perlu menjadi spirit kita adalah Indonesia hendaknya menjadi produsen yang mampu memenuhi kebutuhan sendiri dan mampu menjual produknya di pasar dunia. Pesan itu penting kita cermati mengingat tahun 2015 adalah pasar bebas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsep Brayan Urip

Gemerlap Batu Akik Sampai Di Pekalongan